make your world with your inspiration, develop to be useful for others and yourself...

background

Minggu, 25 September 2011

Apakah bahasa dapat mempengaruhi perilaku manusia?

Untuk mendapatkan jawaban, setidaknya kita harus mengerti apakah “bahasa” itu. Pada tahun 1997 seseorang bernama Gorys Keraf mendefinisikan, Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kalian pasti bertanya-tanya, jika ada beberapa orang yang berkomunikasi dengan alat tertentu tetapi bukan dengan menggunakan bahasa? Seperti menggunakan asap api untuk berkomunikasi dari kejauhan, atau dengan bunyi lonceng besar yang mempunyai arti disetiap nada nya itu bagaimana?
Hal seperti itu memang benar ada, tetapi kalian harus mengakui bahwa dibandingkan dengan bahasa, berkomunikasi dengan cara tersebut banyak memiliki kelemahan.

Bahasa mempunyai kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan cara-cara tersebut. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bukanlah sembarang bunyi dan harus merupakan symbol atau perlambangan. Bahasa merupakan wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Sebagai media komunikasi bahasa tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat pemakainya. Bahasa itu akan bermunculan dengan fungsinya masing-masing, misalnya: bahasa dihadirkan untuk menghibur masyarakat hal ini diwujudkan melalui lirik lagu yakni musik yang dituangkan melalui syair. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Ini merupakan symbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu pula. Symbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra. Berarti bahasa mencakup dua bidang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang diwakilinya. Bunyi juga merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita, yang diserap oleh panca indra kita, sedangkan isi yang terkandung di dalam arus bunyi adalah yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain. Arti yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka. Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula.

 Setelah memahami sedikit arti bahasa, bisakah kita menjawab apakah bahasa dapat mempengaruhi manusia? Dalam bahasa dan perilaku pasti terdapat kehadiran realita. Cara mengungkapkan makna adalah dengan bahasa, untuk mengungkapkan makna, bahasa harus berhubungan dengan dunia luar. Yang dimaksud dengan dunia luar adalah dunia di luar bahasa termasuk dunia dalam diri penutur bahasa yang disebut realita. Bolinger (1981) menunjukkan bahwa makna adalah hubungan antara realita dan bahasa. Realita itu mungkin terwujud dalam bentuk abstraksi bahasa, karena tidak ada bahasa tanpa makna. Sementara makna adalah hasil hubungan bahasa dan realita. Tanpa bahasa, komunikasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Bahasa dibentuk oleh kaidah, aturan, serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan, dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk, dan tata kalimat. Chaer (2008) menyatakan “ada hubungan yang saling terkait erat antara bahasa dan manusia serta membagi hubungan erat antara bahasa dengan akal budi (manusia). Pertama hubungan bersifat vertikal yaitu hubungan erat antara bahasa dengan akal budi yang berbeda dengan jagad (segalanya) apapun yang sedang mengitari dan dihadapi sang aku atau manusia sebagai pribadi atau individu. Kedua, hubungan bersifat horizontal yaitu hubungan bahasa dengan kerja sama antara manusia yang berakal budi bahasa menjadi pemeliharaan kerja sama”.

Bahasa bukan sekedar alat komunikasi, bahasa itu bersistem. Oleh karena itu, berbahasa bukan sekedar berkomunikasi, berbahasa perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku. Ungkapan “Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.” Kita tentu sudah sering mendengar dan membaca ungkapan tersebut. Permasalahannya adalah pengertian apa yang terbentuk dalam benak kita ketika mendengar ungkapan tersebut? Apakah sebenarnya ungkapan itu? Apakah yang dijadikan alat ukur (kriteria) bahasa yang baik dan benar?

·  Bahasa yang Baik 

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang dewasa tentu jauh berbeda. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang ingin disampaikannya kepada penerima pesan. Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi pesan adalah permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan. Media pesan merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju. Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita, dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan. 

·  Bahasa yang Benar

Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa. Berkaitan dengan peraturan bahasa, ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu masalah tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan mengalami kesulitan dalam bermain dengan bahasa. Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek :

1 . Tata bunyi (fonologi).
2 . Tata bahasa (kata dan kalimat).
3 . Kosa kata (termasuk istilah).
4 . Ejaan.
5 . Makna.

Pada aspek tata bunyi, misalnya kita telah menerima bunyi f, v dan z. Oleh karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, motif, aktif, variabel, vitamin, devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip, pariabel, pitamin, depaluasi, jakat, ijin. Masalah lafal juga termasuk aspek tata bumi. Pelafalan yang benar adalah kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan komplek, tranmigrasi, ekspot. Pada aspek tata bahasa, mengenai bentuk kata misalnya, bentuk yang benar adalah ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawaban, bukan obah, robah, rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung jawaban. Dari segi kalimat pernyataan di bawah ini tidak benar karena tidak mengandung subjek. Kalimat mandiri harus mempunyai subjek, predikat atau dan objek. Misalnya dalam bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata yang sifatnya konotatif (kiasan). Jadi penggunaan bahasa yang benar adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa. Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau pembaca (jika tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita. Penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal, yaitu kalimat-kalimat yang memenuhi kaidah bahasa. Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat (Dendy Sugondo, 1999 : 21).

Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran dalam hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa yang komunikatif tidak selalu hanus merupakan bahasa standar. Sebaliknya, penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar (Alwi dkk., 1998: 21)

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa bahasa sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Manusia itu sendiri tidak hanya bercerminkan pengalaman serta kondisi lingkungan tempat pengalaman itu berlangsung, tetapi juga mempunyai pengaruh pengalaman-pengalaman tersebut. Bahasa itu juga ikut mempengaruhi pengalaman, memang sulit untuk memahami, bahasa dapat mempengaruhi pengalaman manusia sebab kebanyakan orang melihat peranan bahasa itu hanya sebagai alat atau katakanlah sebagai benda mati padahal dalam suatu kehidupan sehari-hari baik disadari atau tidak, berlangsung atau tidak berlangsung, sering tindakan manusia itu dipengaruhi oleh bahasa. Contoh yang sering dijumpai adalah bahasa dalam bidang kesenian. Bahasa yang dipakai dalam bidang ini mampu mempengaruhi orang yang bersangkutan untuk bertindak sesuai dengan keinginan.